Pada tahun 467 sebelum Masehi, Korax seorang Yunani dan muridnya Teisios (keduanya berasal dari Syrakuse-Sisilia) menerbitkan sebuah buku yang pertama tentang Retorika. Tetapi retorika, sebagai seni dan kepandaian berbicara, sudah ada dalam sejarah jauh lebih dahulu. Misalnya dalam kesusasteraan Yunani kuno, Homerus dalam Ilias dan Odysee menulis pidato yang panjang. Juga bangsa-bangsa seperti Mesir, India dan Cina sudah mengembangkan seni berbicara jauh hari sebelumnya.
Secara sistematis ilmu retorika memang pertama-tama dikembangkan di Yunani. Pembeberan sistematis yang pertama mengenai kepandaian berbicara dalam bahasa Yunani dikenal dengan nama: Techne rhetorike, yang berarti Ilmu tentang Seni Berbicara.
Di bawah ini akan dibeberkan perkembangan ilmu retorika secara garis besar yang berawal dari zaman kuno, berlanjut sampai pada abad pertengahan hingga dewasa ini.
- Zaman Yunani Kuno
Unsur-unsur ilmu retorika sudah dikembangkan di Yunani, sebelum buku yang ditulis oleh Korax dan Teisios diterbitkan. Sejak abad ke-7 sampai ke-5 sebelum Masehi, sudah ada ahli-ahli pidato terkenal Yunani kuno seperti: Solon (640-560); Peisistratos (600-527) dan Thenustokles (525-460).
Seorang politikus dan negarawan yang juga menjadi seorang ahli pidato yang terkenal dalam zaman ini adalah PERIKLES (500-429). Para pengagumnya mengatakan bahwa dewi-dewi seni berbicara yang memiliki daya tarik memukau bertakhta di atas lidahnya. PERIKLES sebagai seorang ahli pidato tidak akan dilupakan oleh bangsa Yunani, berkat sebuah pidato yang diucapkannya bagi para pahlawan di kota Athena, yang kemudian diterbitkan oleh ahli Sejarah Thukydides. Sekitar akhir abad ke-5 sebelum Masehi, muncul lagi beberapa ahli pidato yang sangat dikagumi seperti Alkibiades Theramenes dan Kritios.
Pada mulanya para ahli pidato di Yunani hanya berbicara di dalam ruangan pengadilan. Tetapi sesudah memperhatikan bahwa kepandaian berbicara berguna untuk memimpin negara, maka orang mulai menyusunnya dan disebut retorika, sehingga mudah dipelajari. Usaha ini dijalankan pertama-tama di daerah koloni Yunani di Sisilia, di mana kekuasaan tiran mulai punah dan dimana kebebasan berbicara mulai dijunjung tinggi. Usaha yang sama segera dikembangkan di kota Athena dan di seluruh Kerajaan Yunani. Sejak abad ke-5 mulai didirikan sekolah-sekolah retorika di dalam wilayah-wilayah yang berkebudayaan helenistis. Dengan itu retorika menjadi salah satu bidang ilmu yang diajarkan kepada generasi muda yang dipersiapkan untuk memimpin negara. Retorika dalam abad-abad ini menjadi salah satu bidang ilmu yang menyaingi filsafat. Ia menjadi kesenian untuk membina dan memimpin manusia. Beberapa ahli pidato pada masa ini adalah Gorgias dari Leontinoi (485-380); Protagoras dari Abdera (480-410) dan Thrasymachus dari Kalsedon (300-200). Selain itu muncul juga ahli-ahli pidato lain yang terkenal seperti Socrates (470-399). Menurut Socrates, yang juga ahli filsafat, retorika adalah seni untuk membawakan dan menyampaikan pengetahuan yang sudah ada secara meyakinkan. Retorika harus mencari kebenaran dan bukannya mempermainkan kata-kata kosong. Seorang muridnya bernama Aristoteles (384-322). Ia sangat menghargai retorika sebagai partner yang otonom dari dialektika. Ia mengarang sebuah buku retorika yang terkenal dan masih memiliki pengaruh yang kuat terhadap retorika dewasa ini. Ahli pidato terbesar sepanjang masa dari zaman Yunani kuno adalah Demosthenes (384-322). Dia adalah putra seorang Yunani yang menikah dengan wanita Skyth. Tentang Demosthenes dikatakan bahwa ia mengalami tekanan batin yang berat dan rasa takut yang besar. Tetapi berkat latihan yang tabah, ia dapat mengatasi segala kesulitan itu, sehingga akhirnya menjadi seorang retor yang terkenal. Setelah meninggal, warga kota Athena mendirikan satu tugu dan sebuah patung untuk memperingati dia. Pada tugu itu tertulis, "Hai Demosthenes, andaikan engkau memiliki cukup kuasa, seperti kebijaksanaanmu, maka tak pernah Raja Makedonia akan menjadi penguasa bangsa Yunani."
Setelah Yunani dikuasai bangsa Makedonia dan Romawi, maka berakhirlah masa kejayaan ilmu retorika Yunani kuno. Retorika hanya masih merupakan ilmu yang dipelajari di bangku-bangku sekolah.
2. Zaman Romawi Kuno Setelah Kerajaan Romawi menguasai Yunani, terjadilah kontak antara kaum cendekiawan Romawi dan Yunani. Orang-orang Romawi mempelajari kebudayaan bangsa Yunani, terutama ilmu kepandaian berbicara yang tengah berkembangdi Yunani. Oleh karena itu pelajaran tentang ilmu retorika mulai diberikan di sekolah-sekolah. Apabila ada murid yang berbakat dalam hal berpidato, maka sesudah mereka dibekali pengetahuan teoretis tentang retorika, mereka disuruh mengunjungi tempat-tempat pengadilan di mana mereka sendiri langsung menyaksikan bagaimana sebuah pidato dibawakan secara bebas oleh seorang ahli depan pengadilan dan di depan publik. Berdasarkan pengalaman praktis ini, para murid melengkapi petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh gurunya di sekolah. Orang-orang Romawi yang terkenal dalam ilmu retorika adalah:
Cato Senior (234-149).
Ia menjadi terkenal lewat pidatonya yang mengajak rakyat kekaisaran Romawi untuk membinasakan kota Cartago di Afrika Utara. Judul pidato itu Carthago delenda est. Dalam perkembangan selanjutnya, pengaruh para retor dari Yunani yang hidup dan bekerja di kota Roma menjadi sangat besar di antara kaum muda yang ingin mempelajari ilmu retorika. Hal ini mencemaskan golongan konservatif di kota Roma. Mereka berpendapat bahwa orang-orang Yunani dapat mempengaruhi dan memperlemah pendidikan dan mental kaum muda. Oleh karena itu di bawah pemerintahan Konsulat FANNIUS dan Messala (161), Senat mengeluarkan satu keputusan untuk mengusir semua ahli filsafat dan retorika yang berkebangsaan Yunani dari kota Roma. Cato adalah salah seorang yang secara tegas menyokong kebijaksanaan Senat ini.
Tapi keinginan kaum muda untuk mempelajari filsafat dan retorika tidak dapat dibendung. Sekitar abad kedua sebelum masehi, akhirnya pemerintah Romawi memanggil kembali para retor Yunani ke kota Roma. Sejak saat itu mereka mendirikan sekolah-sekolah retorika, di mana orang Yunani menjadi guru. Dengan cara ini pengaruh helenistis mulai merembes kuat di kalangan orang Romawi. Sedangkan kaum muda dari Roma sering pergi ke Yunani, terutama ke kota Athena dan pulau Rhodos, untuk mempelajari ilmu filsafat dan retorika. Sejak saat ini, ilmu retorika berkembang pesat di dalam seluruh kekaisaran Romawi.
Orang Romawi, dalam perkembangan selanjutnya, membina suatu ilmu retorika dan dialektika, yang cocok untuk para pembela perkara, pimpinan pemerintahan dan kaum militer. Ilmu retorik, menjadi salah satu ilmu pengetahuan yang dipelajari oleh orang Romawi dengan penuh semangat. Di kota Roma orang mulai menjajagi dan sadar bahwa ilmu retorika adalah salah satu wadah untuk menguasai massa (Herrschaftswissen).
Di samping Cato Senior, masih ada sejumlah retor yang terkenal dalam seluruh Kekaisaran Romawi, seperti:
Marcus Tullius Cicero (106-44)
Hingga dewasa ini, Marcus Tullius Cicero tetap diakui sebagai ahli pidato terbesar dari Kekaisaran Romawi. Pidatonya yang terkenal adalah pidato melawan CATILINA (Contra Catilinam). Ia juga menulis mengenai teori berpidato, yang sampai saat ini masih kuat mempengaruhi ilmu retorika. Sebelum Cicero masih ada beberapa ahli pidato yang patut disebut namanya seperti Tiberius, Caiss Graecchus, M. ANTONIUS, Q. HORTENSIUS HORTULUS, M. LICINIUS CRASSUS dan CATO JUNIOR.
GAIUS IULIUS CAESAR (100-44)
IULIUS CAESAR adalah seorang diktator. Tentang dia, ahli Sejarah SUETONIUS menulis, "Dalam soal kepandaian berpidato dan berperang, CAESAR adalah orang yang paling masyhur dan tepat." Pidatonya yang termasyhur di hadapan para legioner – yang daya tempur dan semangat juangnya sudah mulai pudar (Perang Galia, 1, Bab 40) –adalah sepenggal retorika yang paling baik dari seni menimbulkan motivasi secara psikologis dan juga menunjukkan betapa kuat daya sugesti CAESAR yang mau mengakhiri negara Republik Romawi.
materi retorika lengkap... baca artikel menyangkut
retorika